BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada
mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Maka
dari itu manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi
kebutuhan dan kesejahteraan.
Manusia dan lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya, merupakan sebuah sistem
yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya tidak
akan terlepas dari pengaruh sosial, budaya, dan lingkungan alam dan semuanya
itu membangun pola pikir atau ide setiap manusia terhadap keberadaannya dalam
lingkungan yang melingkupinya. Setiap manusia harus memiliki pengetahuan
tentang lingkungan tempatnya berada, memiliki kekuatan untuk memberdayakan
lingkungan di sekitarnya, dan mampu mengubah, bahkan tak jarang merusak
lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya
meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh
dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan
sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari,
dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana
terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan
riil[1].
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,dan
makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Lingkungan terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik. lingkungan fisik adalah Lingkungan alam dan buatan,
dimana Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia
sedangkan Lingkungan buatan adalah dibuat oleh manusia. Lingkungan nonfisik
adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada, sedangkan lingkungan
sosial adalah suatu wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu
Interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan
nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan
tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).[2]
Sebagaimana
firman Allah QS. al-Qashasah (28) : 77
وَابْتَغِ فِيمَا
ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perilaku kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting
lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut :
1.
Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia
hidup, berada, tumbuh,dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
2.
Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan
manusia.
3.
Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan
perilaku manusia.
4.
Lingkungan member tantangan bagi kemajuan
peradaban manusia.
5.
Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan
lingkungan untukkebutuhan dan kebahagiaan hidup.[3]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
lingkungan sosial ?
2.
Apa pengertian
lingkungan budaya ?
3.
Sebutkan
pola-pola lingkungan sosial budaya ?
4.
Jelaskan
perubahan dari lingkungan sosial budaya ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
pengertian lingkungan sosial ?
2.
Untuk mengetahui
pengertian lingkungan budaya ?
3.
Dapat
menyebutkan pola-pola lingkungan sosial budaya ?
4.
Dapat menjelakan
perubahan dari lingkungan sosial budaya ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara
masyarakat dengan lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial
dipengaruhi oleh nilai social yang terkandung dalam masyarakat itu sendiri. Jika nilai sosial tentang lingkungan berubah/terjadi pergeseran, maka
sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah/bergeser. Itulah sebabnya
masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan
buruknya lingkungan sosial.[4]
Gambar
1 : Lingkungan Sosial
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya
meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh
dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan
sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi dua,
diantanya yaitu :
a.
Lingkungan
sosial primer
Lingkungan
sosial primer adalah lingkungan dimana kumpulan-kumpulan masyarakat yang ada di
dalam lingkungan tersebut memiliki hubungan yang erat, saling mengenal baik antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena diantara para anggota telah mempunyai
hubungan yang sangat erat, maka sudah tentu pengaruh lingkungan sosial ini akan
lebih mendalam dibandingkan dengan tidak adanya hubungan erat diantar para
anggota.
Contohnya, masyarakat-masyarakat di pedesaan atau di
daerah pinggir perkotaan kebanyakan merupakan lingkungan sosial primer. Mengapa demikian? Karena biasanya ditempat tinggal
mereka, lebih ditanamkan sifat kebersamaan dan silaturahmi, sehingga antara
warga cenderung saling mengenal baik satu sama lain, keep contact, tidak
individualis.
b.
Lingkungan
sosial sekunder
Lingkungan
sosial sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial primer, lingkungan
sosial sekunder adalah lingkugan sosial dimana masyarakat yang ada di dalamnya
cenderung individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh kepada sesamanya.
Contohnya
masyarakat di komplek-komplek perkotaan, mereka cenderung tidak mengenal satu
sama lainnya di lingkungan tempat tinggal mereka, tidak peduli akan sesamanya.[5]
Lingkungan
sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan kepribadian
seseoarang. Jika seorang anak terbiasa hidup/tinggal dalam lingkungan sosial
yang buruk, maka saat ia tumbuh dewasa akan memiliki kepribadian yang buruk
pula sesuai lingkungan tempat ia tingal. Begitu pula sebaliknya. Hal
tersebut dapat terjadi karena lingkungan sosial akan memberikan input tentang
nilai-nilai sosial kepada si anak dalam waktu yang relative lama. Sehingga
kepribadiannya cenderung sama dengan tempat tinggalnya.
Tujuan dari di bangunnya hubungan sosial masyarakat
antara lain untuk:
a.
Membangun rasa senasib
dan rasa sepenanggungan di antara mereka, khususnya masyarakat Indonesia yang
mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan.
b.
Supaya tertanam rasa
toleransi di antara mereka (manusia), seorang hanya memiliki arti bagaimana dia
menjadi bagian dalam kelompok.
c.
Supaya timbulnya
kesadaran bahwa di antara mereka terdapat saling ketergantungan satu sama lain,
yang berkaitan dengan kepedulian sosial.
d.
Salah satu keberartian
seseorang terdapatnya nilai-nilai demokrasi yang tumbuh dan dimiliki sebagai
sikap menghargai perasan serta pendapat sesama yang pada gilirannya menciptakan
suatu kesatuan sosial.
2.
Lingkungan Budaya.
Lingkungan budaya
adalah segala kondisi baik berupa materi (benda) maupun non materi yang
dihasilkan manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya. Lingkungan budaya
dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk
nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, dan sistem
politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik jika di lingkungan
tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua anggota
masyarakatnya dalam menjalankan dan mengem bangkan sistem budayanya
Gambar
2 : Lingkungan Budaya
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui di
dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan (carrying
capacity). Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu
lingkungan mendukung sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup
tertentu untuk dapat hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut
dapat berupa sebidang lahan, wilayah tertentu, atau ekosistem tertentu.
Misalnya, lahan pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa, sungai, danau,
pantai, desa, kota, permukiman, dan kawasan industri.
Adapun sejumlah individu atau kelompok tertentu dapat
berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, ataupun manusia. Jika membahas mengenai
individu atau kelompok manusia, maka yang dimaksud daya dukung lingkungan di
sini adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah individu atau
kelompok manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut.[6]
Dari beberapa paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
definisi dari lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang terdiri dari: pola-pola hubungan
sosial dan
pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di
dalamnya jumlah penduduk dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang
lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut
(termasuk perilaku manusia didalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka
yang berada di dalamnya.
Lingkungan sosial
budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa
lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini
ada atau diciptakan.
Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan
dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya.
Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan
kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya
seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup.
Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup
manusia.
B. POLA
PERUBAHAN LINGKUNGAN SOSIAL DN BUDAYA.
1. Pola-pola perubahan sosial budaya
Ada beberapa
pola-pola perubahan sosial budaya diantaranya yaitu
Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai hal tersebut :
Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai hal tersebut :
a.
Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul dimana suatu
kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu
lambat laun akan diterima/diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri
tanpa menyebabkanhilangnya unsur kebudayaan asli dari
kelompok itu sendiri.
Proses akulturasi itu memang ada sejak dahulu kala dalam sejarah
kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat yang khusus
baru timbul ketika kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke
semua daerah lain di muka bumi ini. Seperti yang telah kita ketahui bahwa sejak
dahulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia ada gerak migrasi yaitu gerak
perpindahan dari suku-suku bangsa di muka bumi.
Migrasi tentu mengakibatkan pertemuan-pertemuan antara
kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda dan akibatnya
ialah bahwa individu-individu dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan
unsur-unsur kebudayaan asing. Dengan demikian terjadilah akulturasi budaya di
antara kelompok-kelompok tersebut.
b.
Asimilasi
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaa campuran .
Biasanya golongan yang ikut dalam suatu proses asimilasi dalah suatu golongan
mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Biasanya golongan minoritas inilah
yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan menyesuaikannya dengan
kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa sehingga lambat laun
kehilangan kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.
Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan
antara golongan atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi
meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
c.
Difusi
Difusi
adalah salah satu bentuk penyebaran antau bergeraknya unsur-unsur kebudayaan
dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimana penyebaran unsur-unsur kebudayaan
biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu kebudayaan yang melakukan
migrasi ke suatu tempat. Bentuk Penyebaran kebudayaan itu dapat
terjadi dengan berbagai cara:
1)
Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur
kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan musafir. Mereka
pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka mendifusikan budaya-budaya mereka,
darimana mereka berasal yang mana hal ini biasanya dilakukan para musafir.
2)
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh
individu-idividu dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara
individu-individu kelompok yang lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya
dimana mereka saling mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka
masing-masing.
Cara
lain adalah adanya bentuk hubungan perdagangan, dimana para pedagang masuk ke
suatu wilayah dan unsur-usur budaya pedagang tersebut masuk ke dalam kebudayaan
penerima tanpa disengaja.
d.
Evolusi
Evolusi
merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya berkembang dari
tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dimana perubahan ini terjadi
dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahap-tahapan. Sehingga sewaktu
dalam proses perkembangannya unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat itu juga
ikut mengalami perubahan yang mana disesuaikan dengan perkembangan yang ada.
Evolusi yang umum biasanya menunjukkan pada kemajuan umum dari masyarakat
manusia ke dalam bentuk-bentuk yang lebih tinggi, bangkit dari dan melampaui
bentuk-bentuk yang lebih terbelakang.
e.
Pembaruan Atau Inovasi
Inovasi
atau pembaruan adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber
alam, energi, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru
yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk
yang baru.
Dari
hal itu tersebut kita dapat melihat pembaharuan kebudayaan khususnya mengenai
unsur teknologi dan ekonomi. Dalam proses pembaruan ini biasanya tidak terlepas
dengan penemuan (discovery) dan ciptaan baru (invention) dalam teknologi karena
pembaruan sangat erat kaitannya dengan kedua hal tersebut.
Discovery
merupakan suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa
suatu alat baru dan ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu maupun
sekelompok orang dalam masyarakat bersangkutan. [7]
Sedangkan
ciptaan baru (invention) adalah suatu bentuk baru baik dalam berupa benda atau
pengetahuan yang dilakukan dengan melalui proses penciptaan yang mana
penciptaan ini didasarkan dengan penggabungan dari pengetahuan-pengetahuan yang
sudah ada mengenai benda atau gejala. Koentjaraningrat mengatakan bahwa
discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima
dan menerapkan penemuan baru tersebut. Koentjaraningrat juga mengatakan bahwa
ada tiga hal pendorong agar adanya penemuan baru. Ketiga pendorong tersebut
yaitu
1)
kesadaran akan para individu akan kekurangan dalam kebudayaan
2)
mutu keahlian dalam suatu kebudayaan
3)
sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Ketiga
hal inilah yang mendorong agar adanya penemuan baru. Dimana setelah
diterapkannya dan digunakannya penemuan baru tersebut maka disaat itu juga
unsur-unsur kebudayaan dari suatu masyarakat tersebut ikut mengalami perubahan.
Dimana perubahan yang terjadi mungkin disadari atau tidak disadari oleh
masyarakat tersebut.
C.
PERUBAHAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA
Setiap masyarakat dalam
kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya,
perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga
menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak
zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian
cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.
Berikut ini beberapa
ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial, yaitu
1. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan,
dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya
penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
2. Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut
terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern.
3. Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi
istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur
sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan
yang lain.[8]
4. William F Ogburn
berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang
perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial.
Perubahan sosial diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. [9]
Tekanan pada definisi tersebut adalah pada
lembaga masyarakat sebagai
himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat
lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti
misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup
semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan ,teknologi, filsafat
dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi
sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial.
Perubahan sosial dan
kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a. Sebab-Sebab yang Berasal
dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab
perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1. Dinamika penduduk,
yaitu pertambahan dan
penurunan jumlah penduduk. Dimana bertambahnya jumlah penduduk yang
sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Lembaga sistem
hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik
individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya,
yang sebelumnya tidak dikenal.
Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya penduduk
dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi).
Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan misalnya dalam bidang
pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat memperngaruhi
lembaga-lembaga kemasyrakatan.
2. Adanya penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan
juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat meliputi
beberapa hal berikut.
a)
Discovery
adalah
suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam suatu
masyarkat.
Contoh:
penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
b)
Invention
adalah discovery
yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Jadi, invention
merupakan bentuk pengembangan dari discovery.
Contoh:
mobil, kreta api, dan lain-lain.
c)
Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau
alat baru yang ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat
dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat
penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai.
3.
Munculnya berbagai
bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
Sebagai
proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif, namun
selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat
berupa hal-hal berikut:
a)
Pertentangan
antara individu di dalam masyarakat
b)
Pertentangan
antar kelompok di dalam masyarakat
c)
Pertentangan
antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
d)
Pertentangan
antar generasi di dalam masyarakat
4.
Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar.
Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan
pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat
yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan
yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.[10]
b. Sebab-Sebab yang Berasal
dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan
kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar
masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar
masyarakat.
1)
Adanya pengaruh bencana
alam.
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena
faktor manusia) dapat membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya
masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang
memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata
pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi
sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di
daerah tersebut.
Kondisi ini terkadang memaksa
masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal
yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan
lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi
perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2)
Adanya peperangan,
Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat me-nyebabkan
perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Perang menyebabkan pada banyak
aspek. Pihak yang menang pada umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan
nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka.
Contoh : perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak.
Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem
politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan
Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum
perempuan Iraq.
3)
Adanya pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua
kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu
kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Perubahan
lingkungan sosial dan budaya dapat dialami oleh setiap masyarakat yang pada
dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat
diantaranya yaitu :
1. perubahan dalam cara berpikir dan
interaksi sesama warga menjadi semakin rasional,
2. perubahan dalam sikap dan orientasi
kehidupan ekonomi menjadi makin komersial,
3. perubahan tata cara kerja
sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi
kegiatan yang makin tajam
4. Perubahan dalam kelembagaan dan
kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis.
5. perubahan dalam tata cara dan
alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien, dan lain-lainnya.
Perubahan sosial, merupakan suatu proses perubahan,
modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat,
yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat,
hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat,
baik dalam aspek kehidupan material maupun nonmateri.
Sedangkan Perubahan Sistem Budaya sebagai Faktor Dasar
Perubahan Sosial Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh tahapan
perubahan nilai, norma, dan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat yang
bersangkutan, yang juga dapat disebut dengan perubahan nilai sosial.
Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh pertama-tama
adanya inovasi yang diperkenalkan oleh sekelompok warga masyarakat, baik yang
berupa variasi, inovasi, maupun difusi budaya. Untuk masuk menjadi bagian dalam sistem budaya masyarakat,
nilai-nilai baru yang dimaksud harus melalui proses penerimaan sosial serta
proses seleksi sosial. Nilai-nilai budaya baru yang mampu memberikan kepuasan
atau peningkatan hidup bagi masyarakat baik secara materi ataupun nonmateri,
atau bertahan lama, dan lambat laun akan masuk menjadi bagian integral dari
sistem budaya masyarakat yang bersangkutan.[11]
Perubahan lingkungan yang dipengerahi oleh berbagai
factor yaitu factor internal dan factor eksternal yang mengakibatkan terjadinya
pula perubahan dari berbagai aspek diantaranya yaitu :
1. Faktor Geografis
Temperatur
yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi pengaruh pada
manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan
jenis kehidupan yang dialami. Misalnya, tanah pertanian sekarang banyak yang
dijadikan perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik yang menimbulkan perubahan pola
gaya hidup sekitar.
2. Faktor Teknologi
Penggunaan alat-alat transportasi
dan komunikasi yang canggih banyak memberi kemudahan bagi masyarakat untuk
berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar dalam waktu yang relatif
singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.
3. Faktor Ideologi
Ideologi dasar yang terdiri dari
keyakinan dan nilai-nilai yang bersifat kompleks dapat dijadikan alat untuk
memelihara, tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya perubahan jika
keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat.
4. Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial
seringkali dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik karena mereka mampu
menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan bergabung dengan mereka
dalam gerakan sosial.
Contoh
: Martin Luther King, Gandhi dan Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin oleh
ketiga orang tersebut berhasil karena pengikut mereka menaruh kepercayaan
penuh.
5.
Faktor
Penduduk.
Peningkatan
dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi penyebab terjadinya
perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada pengangguran, kemiskinan,
kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk secara drastis
misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk di bidang
organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan sosial.[12]
1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak
merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil
budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan
saling bertukar informasi.
Misalnya kontak
dagang antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat.
Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial
budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan
mempercepat laju perubahan sosial budaya.
Kontak dengan
kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara
budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
b. Sistem Pendidikan Formal yang Maju.
Pendidikan memberikan
nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan
berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Dengan kemampuan tersebut, seseorang
dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan
yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang
melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c. Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk
berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk
menghasilkan karya-karya lain.
d. Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang.
Penyimpangan sosial
sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan
cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat
diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification
).
Sistem terbuka
memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas
kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial
dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada
para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat
heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda
akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial.
Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam
masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g.
Orientasi ke Masa Depan.
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan
membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya
penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang
Tertentu
Setiap
orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan
upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap
keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan.
Ketidak puasan yang berlangsung
lama dalam kehidupan masyarakat dapat menimbulkan
reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi
digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat
menuntut perubahan secara total.
i.
Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki
Hidupnya
Ikhtiar harus selalu
dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas
d. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain.
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui
perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka
terkukung dalam kebudayaan mereka dan pola pola pemikiran
yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di
pedalaman.
2)
Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Kondisi ini dapat dikarenakan
kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat
pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah
pengaruh masyarakat lain (terjajah).
3) Sikap
Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena
dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika
masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
Pada umumnya masyarakat
tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal
baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan
diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
4) Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas
Kebudayaan.
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti
ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah
ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
5) Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal
Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah
oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang
berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa
penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh
asing.
6)
Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan
pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang
berlawanan dengan ideology masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
7) Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya
sehingga sulit untuk diubah.
Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan
kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan,
namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit
atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
8)
Nilai
Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan
pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih
suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu
saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
9)
Perilaku Masyarakat
sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya[13]
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan,
cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa
perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan
hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku
masyarakatnya.
1. Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan
sosial budaya :
a) Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
b) Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
c) Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
d) Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan idea
2. Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan
sosial budaya.
a) Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang
tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
b) Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan
budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola
kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
c) Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
d) Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya
kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.[14]
1) Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola,
dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus
bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat.
2) Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan,
mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses
perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan
masyarakat dan modernisasi.
3) Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali.
Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap
perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada
perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan mampu memiliki dan
mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi
di masyarakat.
4)
Perubahan sosial budaya
yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan
bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus
kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita.
Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan
memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi
lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus
kalian jaga dan lestarikan.[15]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Yang dimaksud
dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau
manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi,
sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang
dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Lingkungan sosial dapat
dibedakan menjadi dua, diantanya yaitu :
a.
Lingkungan
sosial primer
b.
Lingkungan
sosial sekunder
Lingkungan
sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan kepribadian
seseoarang. Jika seorang anak terbiasa hidup/tinggal dalam lingkungan sosial
yang buruk, maka saat ia tumbuh dewasa akan memiliki kepribadian yang buruk
pula sesuai lingkungan tempat ia tingal. Begitu pula sebaliknya. Hal
tersebut dapat terjadi karena lingkungan sosial akan memberikan input tentang
nilai-nilai sosial kepada si anak dalam waktu yang relative lama. Sehingga
kepribadiannya cenderung sama dengan tempat tinggalnya
Lingkungan budaya adalah segala kondisi baik berupa
materi (benda) maupun non materi yang dihasilkan manusia melalui aktivitas dan
kreativitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian,
senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat,
kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik
jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua
anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengem bangkan sistem budayanya.
Jadi
lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi: pola-pola
hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan
spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola
hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia didalamnya); dan oleh
tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya terdiri dari
pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di
dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial
tertentu. Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di
muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk
manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan.
Ada beberapa pola-pola perubahan sosial budaya diantaranya yaitu
1.
Akulturasi
2. Asimilasi
3.
Difusi
4.
Evolusi
5.
Pembaruan Atau Inovasi
Perubahan
sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam
lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialny.
Tekanan
pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan
kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat
lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis,
ekonomis dan kebudayaan. Perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup
semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan ,teknologi, filsafat
dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi
sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial.
Perubahan sosial dan
kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab
perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
a. Dinamika penduduk,
b.
Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat
baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk
penemuan lama (invention).
c.
Munculnya berbagai
bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
d.
Terjadinya
pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar.
Sebab-Sebab yang Berasal
dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern).
Perubahan
sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari
luar masyarakat.
a.
Adanya pengaruh bencana
alam.
b.
Adanya peperangan, baik
perang saudara maupun perang antar negara dapat me-nyebabkan perubahan, karena
pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya
kepada pihak yang kalah.
c.
Adanya pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
2.
Saran
Perubahan sosial dapat dialami oleh setiap
masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua
segi kehidupan masyarakat, yaitu suatu proses perubahan, modifikasi, atau
penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup
nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial
ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material
maupun nonmateri
DAFTAR PUSTAKA
Abdul syani, 2002. Sosiologi
Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta
Anonim, faktor penyebab perubahan sosial :http://anessinaga.staff.ipb.ac.id/?p=139. Diakses 23 Maret 2015.
Baharudin.
2010. Sosiologi Suatu Penganta. Karunia Alam Semesta : Yogyakarta
Eke
yunita, http://eka-yunita-ekayunita.blogspot.com/2011/10/lingkungan-sosial-adalah-hubungan.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2015
Elly M. Setiady, dkk, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media : Jakarta
Emy Indrawati. 2013. Intensif penunjang cita-cita siswa kreatif IPS Terpadu kelas 3 SMP. Usaha Makur : Solo
Hiberuntan, http://hiberuntan.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-karateristik-kualitas.html.
diakses pada 23 Maret 2015
Nita Bee, Keep Romantic, http://nitabee38.blogspot.com/2013/11/lingkungan-sosial-masyarakat.html.
diakses pda tanggal 20 maret 2015.
Nuno.http://nuno-friendstore.blogspot.com/2013/01/perubahan-sosialbudaya.html. diakses pada tanggal 24 maret 2015
Soekanto Soerjono. 2010. Sosiologi
suatu pengantar. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta
Suyanto Bagong,dkk, 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Kencana: Jakarta.
Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi 3. Yudhistira : Jakarta
Yad Mulyani,1999. Antropologi
kelas 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Karim
Rusli. 1999. Islam Modernisasi Industrialisasi, Pustaka
Jaya: Jakarta.
[1]
Elly M. Setiady, dkk,
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta : Kencana
Prenada Media, 2006), hlm. 73
[2] Karim, Rusli, Islam
Modernisasi Industrialisasi (Pustaka
Jaya: Jakarta.1999), hlm. 154
[3] Elly M. Setiady, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta
: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 75
[4] Nita
Bee, Keep Romantic, http://nitabee38.blogspot.com/2013/11/lingkungan-sosial-masyarakat.html. diakses pda tanggal 20
maret 2015.
[5] Eke yunita, perubahan Sosial, http://eka-yunita-ekayunita.blogspot.com/2011/10/lingkungan-sosial-adalah-hubungan.html.diakses pada tanggal 22 Maret
2015
[6]Hiberuntan. http://hiberuntan.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-karateristik-kualitas.html. diakses pada 23 Maret
2015
[8] Emy Indrawati, Intensif penunjang cita-cita siswa kreatif
IPS Terpadu kelas 3 SMP (Solo : Usaha Makur, 2013) hlm, 35
[9]Sukurudin,http://sukurudin474.blog.com/2014/03/15/makalah-sosiologi-tentang-perubahan-sosial/ diakses pada tanggal 23Maret 2015
[10] Nuno. http://nuno-friendstore.blogspot.com/2013/01/perubahan-sosialbudaya.html. diakses pada tanggal 24 maret 2015
[11] Yad Mulyani, Antropologi kelas 3 (Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm, 45-47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar