Selasa, 15 Desember 2015

Lingkungan Sosial Budaya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Maka dari itu manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan.
Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya tidak akan terlepas dari pengaruh sosial, budaya, dan lingkungan alam dan semuanya itu membangun pola pikir atau ide setiap manusia terhadap keberadaannya dalam lingkungan yang melingkupinya. Setiap manusia harus memiliki pengetahuan tentang lingkungan tempatnya berada, memiliki kekuatan untuk memberdayakan lingkungan di sekitarnya, dan mampu mengubah, bahkan tak jarang merusak lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.  Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.

Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil[1]. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Lingkungan terdiri dari  lingkungan fisik dan non fisik. lingkungan fisik adalah Lingkungan alam dan buatan, dimana Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan oleh Allah untuk manusia sedangkan Lingkungan buatan adalah dibuat oleh manusia. Lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada, sedangkan lingkungan sosial adalah suatu wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu Interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).[2]
Sebagaimana firman Allah QS. al-Qashasah (28) : 77

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ(77)

Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Lingkungan sangat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perilaku kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut :
1.      Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh,dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
2.      Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
3.      Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia.
4.      Lingkungan member tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5.      Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untukkebutuhan dan kebahagiaan hidup.[3]

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian lingkungan sosial ?
2.      Apa pengertian lingkungan budaya ?
3.      Sebutkan pola-pola lingkungan sosial budaya ?
4.      Jelaskan perubahan dari lingkungan sosial budaya ?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian lingkungan sosial ?
2.      Untuk mengetahui pengertian lingkungan budaya ?
3.      Dapat menyebutkan pola-pola lingkungan sosial budaya ?
4.      Dapat menjelakan perubahan dari lingkungan sosial budaya ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA.
1.      Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah hubungan interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. Sikap masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai social yang terkandung dalam masyarakat itu sendiri. Jika nilai sosial tentang lingkungan berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat dinamis, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan sosial.[4]
cats.jpg






Gambar 1 : Lingkungan Sosial
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.  Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, diantanya yaitu :
a.       Lingkungan sosial primer
Lingkungan sosial primer adalah lingkungan dimana kumpulan-kumpulan masyarakat yang ada di dalam lingkungan tersebut memiliki hubungan yang erat, saling mengenal baik antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena diantara para anggota telah mempunyai hubungan yang sangat erat, maka sudah tentu pengaruh lingkungan sosial ini akan lebih mendalam dibandingkan dengan tidak adanya hubungan erat diantar para anggota.
Contohnya, masyarakat-masyarakat di pedesaan atau di daerah pinggir perkotaan kebanyakan merupakan lingkungan sosial primer. Mengapa demikian? Karena biasanya ditempat tinggal mereka, lebih ditanamkan sifat kebersamaan dan silaturahmi, sehingga antara warga cenderung saling mengenal baik satu sama lain, keep contact, tidak individualis.

b.      Lingkungan sosial sekunder
Lingkungan sosial sekunder adalah kebalikan dari lingkungan sosial primer, lingkungan sosial sekunder adalah lingkugan sosial dimana masyarakat yang ada di dalamnya cenderung individualis, cuek, bersikap acuh tak acuh kepada sesamanya.
Contohnya masyarakat di komplek-komplek perkotaan, mereka cenderung tidak mengenal satu sama lainnya di lingkungan tempat tinggal mereka, tidak peduli akan sesamanya.[5]
Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan kepribadian seseoarang. Jika seorang anak terbiasa hidup/tinggal dalam lingkungan sosial yang buruk, maka saat ia tumbuh dewasa akan memiliki kepribadian yang buruk pula sesuai lingkungan tempat ia tingal. Begitu pula sebaliknya.  Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan sosial akan memberikan input tentang nilai-nilai sosial kepada si anak dalam waktu yang relative lama. Sehingga kepribadiannya cenderung sama dengan tempat tinggalnya.
Tujuan dari di bangunnya hubungan sosial masyarakat antara lain untuk:
a.         Membangun rasa senasib dan rasa sepenanggungan di antara mereka, khususnya masyarakat Indonesia yang mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan.
b.         Supaya tertanam rasa toleransi di antara mereka (manusia), seorang hanya memiliki arti bagaimana dia menjadi bagian dalam kelompok.
c.         Supaya timbulnya kesadaran bahwa di antara mereka terdapat saling ketergantungan satu sama lain, yang berkaitan dengan kepedulian sosial.
d.        Salah satu keberartian seseorang terdapatnya nilai-nilai demokrasi yang tumbuh dan dimiliki sebagai sikap menghargai perasan serta pendapat sesama yang pada gilirannya menciptakan suatu kesatuan sosial.
2.      Lingkungan Budaya.
Lingkungan budaya adalah segala kondisi baik berupa materi (benda) maupun non materi yang dihasilkan manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengem bangkan sistem budayanya








 
Gambar 2 : Lingkungan Budaya

Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup tertentu untuk dapat hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut dapat berupa sebidang lahan, wilayah tertentu, atau ekosistem tertentu. Misalnya, lahan pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa, sungai, danau, pantai, desa, kota, permukiman, dan kawasan industri.
Adapun sejumlah individu atau kelompok tertentu dapat berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, ataupun manusia. Jika membahas mengenai individu atau kelompok manusia, maka yang dimaksud daya dukung lingkungan di sini adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah individu atau kelompok manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut.[6]
Dari beberapa paparan diatas dapat disimpulkan bahwa definisi dari lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang terdiri dari: pola-pola hubungan sosial dan pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia didalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan.
Lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya. Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan hidup manusia. 
B.     POLA PERUBAHAN LINGKUNGAN SOSIAL DN BUDAYA.

1.      Pola-pola perubahan sosial budaya

Ada beberapa pola-pola perubahan sosial budaya diantaranya yaitu
Dibawah ini akan dijelaskan sedikit mengenai hal tersebut
:
a.      Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul dimana suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu yang mereka miliki dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing. Sehingga kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima/diresap dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkanhilangnya unsur kebudayaan asli dari kelompok itu sendiri.
Proses akulturasi itu memang ada sejak dahulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat yang khusus baru timbul ketika kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke semua daerah lain di muka bumi ini. Seperti yang telah kita ketahui bahwa sejak dahulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia ada gerak migrasi yaitu gerak perpindahan dari suku-suku bangsa di muka bumi.
Migrasi tentu mengakibatkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda dan akibatnya ialah bahwa individu-individu dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Dengan demikian terjadilah akulturasi budaya di antara kelompok-kelompok tersebut.

b.      Asimilasi
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaa campuran . Biasanya golongan yang ikut dalam suatu proses asimilasi dalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Biasanya golongan minoritas inilah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan dan menyesuaikannya dengan kebudayaan golongan mayoritas secara sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.
Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara golongan atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.




c.       Difusi
Difusi adalah salah satu bentuk penyebaran antau bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dimana penyebaran unsur-unsur kebudayaan biasanya dibawa oleh sekelompok manusia dari suatu kebudayaan yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Bentuk Penyebaran kebudayaan itu dapat terjadi dengan berbagai cara:
1)      Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan musafir. Mereka pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka mendifusikan budaya-budaya mereka, darimana mereka berasal yang mana hal ini biasanya dilakukan para musafir.
2)      Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya dimana mereka saling mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka masing-masing.
Cara lain adalah adanya bentuk hubungan perdagangan, dimana para pedagang masuk ke suatu wilayah dan unsur-usur budaya pedagang tersebut masuk ke dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.
d.      Evolusi
Evolusi merupakan perubahan yang dialami suatu masyarakat yang biasanya berkembang dari tingkat sederhana ke tingkat yang lebih kompleks. Dimana perubahan ini terjadi dalam waktu yang lama dan melalui beberapa tahap-tahapan. Sehingga sewaktu dalam proses perkembangannya unsur-unsur kebudayaan suatu masyarakat itu juga ikut mengalami perubahan yang mana disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Evolusi yang umum biasanya menunjukkan pada kemajuan umum dari masyarakat manusia ke dalam bentuk-bentuk yang lebih tinggi, bangkit dari dan melampaui bentuk-bentuk yang lebih terbelakang.
e.       Pembaruan Atau Inovasi
Inovasi atau pembaruan adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi dan dibuatnya produk-produk yang baru.
Dari hal itu tersebut kita dapat melihat pembaharuan kebudayaan khususnya mengenai unsur teknologi dan ekonomi. Dalam proses pembaruan ini biasanya tidak terlepas dengan penemuan (discovery) dan ciptaan baru (invention) dalam teknologi karena pembaruan sangat erat kaitannya dengan kedua hal tersebut.
Discovery merupakan suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru dan ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu maupun sekelompok orang dalam masyarakat bersangkutan. [7]
Sedangkan ciptaan baru (invention) adalah suatu bentuk baru baik dalam berupa benda atau pengetahuan yang dilakukan dengan melalui proses penciptaan yang mana penciptaan ini didasarkan dengan penggabungan dari pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau gejala. Koentjaraningrat mengatakan bahwa discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru tersebut. Koentjaraningrat juga mengatakan bahwa ada tiga hal pendorong agar adanya penemuan baru. Ketiga pendorong tersebut yaitu 
1)      kesadaran akan para individu akan kekurangan dalam kebudayaan
2)      mutu keahlian dalam suatu kebudayaan
3)      sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Ketiga hal inilah yang mendorong agar adanya penemuan baru. Dimana setelah diterapkannya dan digunakannya penemuan baru tersebut maka disaat itu juga unsur-unsur kebudayaan dari suatu masyarakat tersebut ikut mengalami perubahan. Dimana perubahan yang terjadi mungkin disadari atau tidak disadari oleh masyarakat tersebut.

C.    PERUBAHAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYA
Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan. Berdasarkan sifatnya, perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, namun dapat juga menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial yang terjadi memang telah ada sejak zaman dahulu. Ada kalanya perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung demikian cepatnya, sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya.
Berikut ini beberapa ilmuwan yang mengungkapkan tentang batasan-batasan perubahan sosial, yaitu
1.      Gillin dan Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan, dinamika dan komposisi penduduk, ideologi, ataupun karena adanya penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.
2.      Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern
3.      Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi  istem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain.[8]
4.      William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. [9]
Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan ,teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
a.       Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
1.    Dinamika penduduk,
yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Dimana bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan-perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Sebaliknya, berkurangnya penduduk disebabkan karena berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.

2.      Adanya penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat meliputi beberapa hal berikut.
a)      Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
b)      Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari discovery.
Contoh: mobil, kreta api, dan lain-lain.
c)      Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan tersebut sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai.

3.      Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif, namun selalu berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa hal-hal berikut:
a)      Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
b)      Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
c)      Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
d)     Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat

4.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar.
Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.[10]

b.      Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
1)      Adanya pengaruh bencana alam.
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat membawa perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang dahsyat dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa. Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh, menyebabkan beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk menekuni pertanian di daerah tersebut.
Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

2)      Adanya peperangan,
Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah. Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya berupaya menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat mereka.
Contoh : perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.

3)      Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Perubahan lingkungan sosial dan budaya dapat dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat diantaranya yaitu :
1.      perubahan dalam cara berpikir dan interaksi sesama warga menjadi semakin rasional,
2.      perubahan dalam sikap dan orientasi kehidupan ekonomi menjadi makin komersial,
3.      perubahan tata cara kerja sehari-hari yang makin ditandai dengan pembagian kerja pada spesialisasi kegiatan yang makin tajam
4.      Perubahan dalam kelembagaan dan kepemimpinan masyarakat yang makin demokratis.
5.      perubahan dalam tata cara dan alat-alat kegiatan yang makin modern dan efisien, dan lain-lainnya.
Perubahan sosial, merupakan suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun nonmateri.
Sedangkan Perubahan Sistem Budaya sebagai Faktor Dasar Perubahan Sosial Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh tahapan perubahan nilai, norma, dan tradisi kehidupan sehari-hari masyarakat yang bersangkutan, yang juga dapat disebut dengan perubahan nilai sosial. Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh pertama-tama adanya inovasi yang diperkenalkan oleh sekelompok warga masyarakat, baik yang berupa variasi, inovasi, maupun difusi budaya. Untuk masuk menjadi bagian dalam sistem budaya masyarakat, nilai-nilai baru yang dimaksud harus melalui proses penerimaan sosial serta proses seleksi sosial. Nilai-nilai budaya baru yang mampu memberikan kepuasan atau peningkatan hidup bagi masyarakat baik secara materi ataupun nonmateri, atau bertahan lama, dan lambat laun akan masuk menjadi bagian integral dari sistem budaya masyarakat yang bersangkutan.[11]
Perubahan lingkungan yang dipengerahi oleh berbagai factor yaitu factor internal dan factor eksternal yang mengakibatkan terjadinya pula perubahan dari berbagai aspek diantaranya yaitu :
1.      Faktor Geografis
Temperatur yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi pengaruh pada manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan jenis kehidupan yang dialami. Misalnya, tanah pertanian sekarang banyak yang dijadikan perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik yang menimbulkan perubahan pola gaya hidup sekitar.

2.      Faktor Teknologi
Penggunaan alat-alat transportasi dan komunikasi yang canggih banyak memberi kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.

3.      Faktor Ideologi
Ideologi dasar yang terdiri dari keyakinan dan nilai-nilai yang bersifat kompleks dapat dijadikan alat untuk memelihara, tetapi ia akan membantu mempercepat timbulnya perubahan jika keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai tersebut tidak lagi dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.

4.      Faktor Kepemimpinan
Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang kharismatik karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah besar yang akan bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial.
Contoh : Martin Luther King, Gandhi dan Soekarno-Hatta, gerakan yang dipimpin oleh ketiga orang tersebut berhasil karena pengikut mereka menaruh kepercayaan penuh.

5.        Faktor Penduduk.
Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah penduduk secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan perubahan penduduk di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya relawan-relawan kesetiakawanan sosial.[12]

c.       Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1.      Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a.       Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi.
Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan budaya lain akan mempercepat laju perubahan sosial budaya.
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.

b.      Sistem Pendidikan Formal yang Maju.
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Dengan kemampuan tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.

c.       Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain.

d.      Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi dapat diberikan agarsemakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

e.       Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification ).
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

f.       Heterogenitas Penduduk
Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
g.      Orientasi ke Masa Depan.
Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
h.    Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan.
Ketidak puasan yang berlangsung lama dalam  kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan gerakan revolusi untuk mengubahnya. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.

i.        Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk Memperbaiki Hidupnya
Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas

d.      Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
1)      Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain.
Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan pola pola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2)      Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada di bawah pengaruh masyarakat lain (terjajah).
3)       Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional 
Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
Pada umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
4)      Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan.
Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini dikhawatirkan akan menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
5)      Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.


6)      Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideology masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi masyarakat tersebut.
7)      Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar 
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah.
Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak akan digunakan.
8)      Nilai
Bahwa Hidup ini pada Hakikatnya Buruk dan Tidak Mungkin Diperbaiki Pandangan tersebut adalah pandangan pesimistis. Masyarakat cenderung menerima kehidupan apa adanya dengan dalih suatu kehidupan telah diatur oleh Yang Mahakuasa. Pola pikir semacam ini tentu saja tidak akan memacu pekembangan kehidupan manusia.
9)      Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya[13]
Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif (kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya.
1.      Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya perubahan sosial budaya :
a)      Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.
b)      Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.
c)      Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu aktivitas manusia.
d)     Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih modern dan idea

2.      Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk ke-munduran akibat adanya perubahan sosial budaya.
a)      Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya nasional.
b)      Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya (cultural lag atau kesenjangan budaya).
c)      Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang makin kompleks.
d)     Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan masyarakat kota.[14]

e.       Sikap Kritis terhadap Pengaruh Perubahan Sosial dan Budaya
1)   Apapun bentuk perubahan sosial budaya akan menghasilkan suatu bentuk, pola, dan kondisi kehidupan masyarakat yang baru. Kalian sebagai pelajar tentu harus bisa menentukan sikap terhadap dampak perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 
2)   Sikap apriori yang berlebihan tentu saja tidak perlu kalian kedepankan, mengingat sikap tersebut merupakan salah satu penyebab terhambatnya proses perubahan sosial budaya yang berujung pada terhambatnya proses perkembangan masyarakat dan modernisasi.
3)   Demikian juga dengan sikap menerima setiap perubahan tanpa terkecuali. Sikap tersebut cenderung akan membuat kita meniru (imitasi) terhadap setiap perubahan sosial budaya yang terjadi, meskipun perubahan tersebut mengarah pada perubahan yang bersifat negatif. Kalian diharapkan mampu memiliki dan mengembangkan sikap kritis terhadap proses perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat.
4)   Perubahan sosial budaya yang bersifat positif dapat kita terima untuk memperkaya khazanah kebudayaan bangsa kita, sebaliknya perubahan sosial budaya yang bersifat negatif harus kita saring dan kita cegah perkembangannya dalam kehidupan masyarakat kita. Dalam pelaksanaannya, kalian harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memperluas pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang. Namun di sisi lain, nilai-nilai dan norma kehidupan bangsa yang luhur harus dapat terus kalian jaga dan lestarikan.[15]





BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.  Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Lingkungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, diantanya yaitu :
a.      Lingkungan sosial primer
b.      Lingkungan sosial sekunder
Lingkungan sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan kepribadian seseoarang. Jika seorang anak terbiasa hidup/tinggal dalam lingkungan sosial yang buruk, maka saat ia tumbuh dewasa akan memiliki kepribadian yang buruk pula sesuai lingkungan tempat ia tingal. Begitu pula sebaliknya.  Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan sosial akan memberikan input tentang nilai-nilai sosial kepada si anak dalam waktu yang relative lama. Sehingga kepribadiannya cenderung sama dengan tempat tinggalnya
Lingkungan budaya adalah segala kondisi baik berupa materi (benda) maupun non materi yang dihasilkan manusia melalui aktivitas dan kreativitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengem bangkan sistem budayanya.
Jadi lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi: pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia didalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu. Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan.
Ada beberapa pola-pola perubahan sosial budaya diantaranya yaitu
1.      Akulturasi
2.      Asimilasi
3.      Difusi
4.      Evolusi
5.      Pembaruan Atau Inovasi
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialny.
Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan ,teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.
Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)
a.       Dinamika penduduk,
b.      Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
c.       Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
d.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar.
Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern).
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.
a.       Adanya pengaruh bencana alam.
b.      Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat me-nyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
c.       Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.


2.      Saran
Perubahan sosial dapat dialami oleh setiap masyarakat yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dengan perubahan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial dapat meliputi semua segi kehidupan masyarakat, yaitu suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material maupun nonmateri
































DAFTAR PUSTAKA


Abdul syani, 2002. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta

Anonim, faktor penyebab perubahan sosial :http://anessinaga.staff.ipb.ac.id/?p=139. Diakses 23 Maret 2015.


Baharudin. 2010. Sosiologi Suatu Penganta. Karunia Alam Semesta : Yogyakarta


Elly M. Setiady, dkk, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana Prenada Media : Jakarta

Emy Indrawati. 2013.  Intensif penunjang cita-cita siswa kreatif IPS Terpadu kelas 3 SMP. Usaha Makur : Solo



Nita Bee, Keep Romantic, http://nitabee38.blogspot.com/2013/11/lingkungan-sosial-masyarakat.html. diakses pda tanggal 20 maret 2015.


Nuno.http://nuno-friendstore.blogspot.com/2013/01/perubahan-sosialbudaya.html. diakses pada tanggal 24 maret 2015



Soekanto Soerjono. 2010.  Sosiologi suatu pengantar. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta

Suyanto Bagong,dkk, 2010. Sosiologi  Teks Pengantar dan Terapan. Kencana: Jakarta.

Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi 3. Yudhistira : Jakarta
Yad Mulyani,1999. Antropologi kelas 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  Jakarta

Karim Rusli. 1999. Islam Modernisasi Industrialisasi, Pustaka Jaya: Jakarta.




[1] Elly M. Setiady, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 73
[2] Karim, Rusli, Islam Modernisasi Industrialisasi (Pustaka Jaya: Jakarta.1999), hlm. 154

[3] Elly M. Setiady, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 75
[4] Nita Bee, Keep Romantic, http://nitabee38.blogspot.com/2013/11/lingkungan-sosial-masyarakat.html. diakses pda tanggal 20 maret 2015.
[7] Baharudin, Sosiologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta; Karunia Alam Semesta, 2010), hlm. 35

[8] Emy Indrawati, Intensif penunjang cita-cita siswa kreatif IPS Terpadu kelas 3 SMP (Solo : Usaha Makur, 2013) hlm, 35
[11] Yad Mulyani, Antropologi kelas 3 (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), hlm, 45-47
[12] Tim Sosiologi, Sosiologi 3 (Jakarta: Yudhistira,2007), hlm.56

11Anonim, faktor penyebab perubahan sosial. From :http://anessinaga.staff.ipb.ac.id/?p=139. Diakses 23 Maret 2015.


[14]Suyanto Bagong,dkk, Sosiologi  Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT. Kencana. 2010),hlm.75

[15] Abdul syani, , Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta Bumi Aksara:, 2002).hlm.45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar